Kamis, 23 Oktober 2008

Trah Ki Ageng Mangir : rombongan walikota Depok Badrul Kamal


Lingkunganku yang bersih dan alami dengan udara yang segar dan air yang mengalir terus menerus membuatku berfikir apakah ada usaha tertentu yang bisa dimanfaatkan untuk peningkatan ekonomi warganya, saat itulah aku mencoba untuk mengembangkan ikan bandeng di air tawar, ternyata bandeng dapat tumbuh baik di air tawar. Gambar : Walikota Depok Drs Badrul Kamal meninjau panen ikan Bandeng air Tawar di Cilangkap Tapos Depok.

Rabu, 22 Oktober 2008

Trah Ki Ageng Mangir Pembayun Tapos Depok : Album keluarga



Trah Ki Ageng Mangir Roro Pembayun : Hafidz Ammar diantara pendekar Perguruan Ninjutsu, Bogor

 

Keputusanmu untuk bergabung dengan perguruan Ninjutsu 8 tahun yang lalu adalah keputusan yang tepat, sebab hanya dengan berlatih beladiri  fisiklah badanmu kelak menjadi sehat dan kuat. Hafidz ( Kiri, paling depan ) bersama sensei Sanmoon, guru besar Klub Ninjutsu Indonesia.

Selasa, 21 Oktober 2008

Para Ninja Kecil, ditengah para ninja


Pandanglah duniamu, perkuat dirimu, carilah ilmu, tekuni satu dua hal, jadikan dirimu pemimpin

Senin, 20 Oktober 2008

Musik kau cerdas, beladiri kau tangkas, agama kau pintar

Rasanya ada detak hati tersendiri, melihat dirimu
tampil dalam acara perpisahan SD mu, begitu ber semangat, begitu trampil, dan kulihat temanmu menyalami saat kau turun panggung,dan kamu tetap saja seperti dulu, diam dan tersipu malu.

Terbayang juga saat kamu berlelah lelah memain kan double stick, sumpit dan shuriken saat ujian ninjitsumu di Cibodas, kau trampil nak ! , dan mampu menyerap ketangkasan saat berlatih ninja dengan seragam hitam yang amat kau sukai

Aku tak mengharapkan apapun saat kau besar nanti, hanya kalau bisa jadilah pemimpin mukmin yg terpuji itupun kalau kamu mampu

Kamis, 16 Oktober 2008

Trah Mangir : Menghampiri Hidayah Allah Disaat Kepedihan Mendera

Tak ada kata kata saat kesedahan melanda, Sepi hati dalam kegelapan disertai gambar kejadian dan tragedi bergerak pelan, mencekam dan berulang ulang, padahal kegelapan hanya datang bila diundang oleh nafsu yang mencengkeram. Semua dosa yang pernah diperbuat mengundang kegelisahan, tak ada sinar terang tak ada cahaya, lalu bagaimanakah mengusir kegelapan ini.

Semua itu sering dan sudah pernah kualami, cara mengatasinya hanya satu : kupanggil Allah yang tak kelihatan, kuundang Allah dengan segala dosa dan kelemahan, kadang setan berbisik dalam hati " bagaimana zat yang maha Mulia mampu dan mau menghampiri jiwamu yang kerdil " lalu aku teringat Allah sangat maha Penyayang, sehingga aku masih mampu menyebut nama Allah, lalu datang bisikan setan kembali " Iyalah, sekarang Allah kamu undang, besok kamu tendang dengan kembali berbuat dosa" maka aku berlindung dari bisikan setan yang terkutuk dan mempunyai jaring jaring lengket untuk menjerat manusia dalam bisikan bisikannya persis jaring laba laba yang menjerat seekor nyamuk.

Hidayah, itulah yang sedang kuhampiri, dengan segenap kelemahan jiwa dan kebuntuan pikiran aku berjalan, mencampuradukkan antara kegelisahan dan kegembiraaan, antara ketentraman dengan hiruk pikuk dunia, antara sinar kegelapan dan cahaya terang benderang.

Selasa, 07 Oktober 2008

Petani, yang dipinggirkan

Melihat perkembangan dunia khususnya kehancuran sektor ekonomi Amerika Serikat akhir akhir ini, tentu kita gelisah bahwa krisis ekonomi dunia mulai menghantui Indonesia, teringat "krismon" 1997 yang lalu ketika para pejabat ekonomi Indonesia pada PeDe mengatakan bahwa krisis ini tidak akan mempengaruhi ekonomi Indonesia, 2 bulan kemudian datanglah bencana ekonomi itu.
Yang masih aku resahkan adalah sikap para pembuat kebijakan di negara ini, sudah jelas yang tahan banting adalah sektor usaha kecil, termasuk pertanian, tapi tetap saja mereka adalah kelas masyarakat yang terpinggirkan. petani yang paling menyedihkan nasibnya. sebagai "usahawan" mereka hanya mengandalkan modal pertiga bulan -khusus padi- tapi nyari kredit padi amat susah. Sebagai salah seorang pelaksana lapangan disektor ini, aku pernah disandera oleh 400 petani didaerah Indramayu yang menuntut janji atas pupuk urea, alhasil petani menerima pupuk urea pada hari ke 30, padahal aku bukan pegawai pabrik pupuk, tentu saja yang dapat kulalukan hanya sebatas akan menyampaikan keluhan pada petinggi pabrik pupuk bersangkutan dan jawabannya selalu sama, tugas sudah dibagi disemua lini, aku mengelus dada, lini yang dimaksud tentulah bukan lini yang menguntungkan petani.
Yang paling menyedihkan dari kisah petani adalah saat petani harus membeli beras dari luar negeri yang diimpor oleh sejumlah tengkulak nakal, bayangkan beras impor, tepung terigu impor, kacang kedelai impor, gula rafinasi impor, semuanya membuat para petani bangsa sendiri malas menanam sendiri, ujung ujungnya duit kita hanya untuk membeli barang luar negeri.

The Power Of Al Fatihah

Tebalnya hampir 700 halaman saat disodorkan padaku " untuk di "reedit" terbitan kedua tahun 2008, tulisan sang perintis perbankan syariah Prof Dr M Amin Aziz ini sangat menantang untuk dikupas dan ditelaah, hipotesanya sederhana, bagaimana mungkin umat Islam terpuruk, padahal Allah berjanji bahwa umat Islam adalah umat yang terpilih, umat pilihan, umat bermutu tinggi.

Akhirnya cetakan kedua The Power Of Al Fatihah terbit juga di bulan Maret 2008, dilanjutkan dengan bedah buku di Istora Senayan dalam Islam Book Fair, tak dinyana tak disangka, buku yang ku-reedit itu laku keras, dalam 2 bulan habis terjual, tak ada lagi di gudang.

Aku bingung dan tertegun, siapa gerangan yang dengan tekun membaca buku yang tak murah itu, buku yang menyoroti kelemahan dedikasi orang Islam terhadap agamanya sendiri, tak banyak orang yang mau melihat kelemahan dirinya, padahal justru dengan kelemahan inilah orang dibimbing Allah menjadi kuat. Prof Dr M Amin Aziz, sosok tua yang menulis buku ini adalah sosok yang lurus dan "kaku", tak suka menonjolkan diri, lebih suka mengonsep dan bekerja sehingga lahirlah ICMI, Bank Muamalat Indonesia, Harian Republika, LP POM MUI dan lain lain, maka aku hanya tersenyum sekarang melihat yang dulu diam sekarang menjadi tokoh syariah, dan begitulah kita, lebih sering melihat hasilnya dari pada siapa yang memulai dan bekerja dengan segala prosesnya.

Aku beruntung bisa dekat dengan beliau, meskipun aku harus merasakan apa yang beliau inginkan ikhlas dan tawakal, jangan pikirkan kompensasi dari manusia.

Antara Aku dan Ki Juru Mertani

Tak ada kesempatan yang aku inginkan kecuali bertemu dengan tokoh tua pendamping raja pertama Mataram " Panembahan Senapati " itu, tokoh sederhana yang membimbing anak muda tumbuh menjadi seorang raja. Seorang petani berwawasan kenegaraan, seorang guru, seorang pejuang, seorang "habib" yang berjuluk Abdurrahman, murid Sunan Kalijaga yang tidak ambisius namun Allah mencintainya, sehingga anak keturunannya selalu menjadi pejuang dan pemimpin, meskipun bukan menjadi raja.
Dimakamnya, aku terpekur kelu, lidah bisu, tak sanggup ku berkata kata, dinisannya aku hanya bisa membatin : " setidaknya aku akan mendidik dan membimbing anak anakku seperti Ki Juru, punya emosi seni, punya emosi berkelahi dan punya emosi menundukkan diri sendiri " Tak pernah menjadi juru dakwah, tetapi menjadi juru laku, bukan juragan tetapi petani berbudi tinggi.

Kotagedhe 7 Oktober 2008.