Jumat, 08 Februari 2013

Babad Mangir, Kisah Ki Ageng Mangir yang Bias dan Misterius, Lebih tepat disebut Jebakan Sejarah.

Utari Sandijayaningsih : Trah Mangir ke 3.
Rausyan Fikri : Trah Mangir, di Tapos Depok
Siapakah penulis Babad Mangir ?, belum jelas. Kapan Babad Mangir ditulis ? kira kira muncul sesudah Perang Diponegoro ! (walaupun masih nggak jelas juga) apa tujuannya Babad Mangir ditulis ? , ya yang jelas mendiskreditkan keluarga jajaran keturunan Panembahan Senopati khususnya Kiprah Ki Juru Mertani atau Patih Mondoroko sebagai salah satu "waliuyullah" didikan Kanjeng Sunan Kalijogo . Dalam Babad Tanah Jawa disebutkan bahwa Ki Juru Mertanilah tokoh utama dibalik Kematian Pangeran Ashabul atau Ario Penangsang, lalu pada Kematian Ki Ageng Mangir beliau juga disebut berperan besar, tendensi yang sangat jelas adalah Panembahan Senopati adalah tokoh "Penyebar Agama Islam" di tanah Jawa akan dihabisi kisahnya dengan menyusun sejarah tandingan yang sangat cermat, siapakah yang bisa menyusun sejarah baru itu, tak pelak bahwa penjajah Belanda itulah biangnya. Mereka mengerahkan segenap sejarahwannya untuk mengaburkan peran peran penting menjadi tidak penting atau peran tidak penting menjadi sangat penting. Keislaman Ki Ageng Mangir sangat penting , dakwah Ki Juru Mertani dan Roro Pembayun di Mangir sangat penting, perintah Panembahan Senopati untuk mengislamkan Mangir sangat penting, namun semua kisah itu tiba tiba hablur dan terhapus oleh sebuah Babad yang muncul pada masa perang Diponegoro, sama halnya dengan Perang Bubat yang sama sama ditulis pada jaman Perang Diponegoro juga dalam rangka menghambat pasukan Diponegoro masuk ke Jawa Barat. Sejarah itu bias dan harus dibaca secara mokal dan maton, apakah Ki Ageng Mangir itu begitu bodoh sehingga tidak tahu bahwa Roro Pembayun itu putri Panembahan Senopati atau Panembahan Senopati itu begitu bodoh hingga mengirimkan anak yang dicintainya ke sarang penjahat ataukah Ki Juru Mertani murid Sunan Kalijogo begitu bodoh menikahkan cucu kesayangannya dengan "non Muslim" ataukah kita yang terbodoh bodoh mengikuti cerita intrik kerajaan Mataram yang telah dibuat bias itu?

14 komentar:

Unknown mengatakan...

Memang anda keturunan mangir langsung atau bukan??? atau hanya "sempalan"2 doank??? banyak lho di Gunung Kidul yang menjadi keturunan Mbah Mangir?? Hampir seluruh warga desa-ku kalau di runut juga trah Mbah Mangir???

Anonim mengatakan...

Buat anda bapak Abu ammar,jika anda ingin menjadi orang besar bisa saja,tapi janganlah mencela sebuah sejarah jawa.Jika anda mencela itu menandakan anda bukan orang yang bijak,ingatlah orang atau bangsa yang besar adalah bangsa atau orang yang bisa menghargai dan memahami sejarah bangsanya sendiri.

Abu Ammar mengatakan...

Kepada sahabatku Kikyo, saya agak bingung dengan pernyataan anda, bagaimana mungkin saya mencela sejarah jawa sementara saya lahir dari keturunan yang saya cela, saya justru menguri - uri sejarah keluarga saya yang dimulai dari Ki Ageng Mangir, yang selama ini telah ditempatkan salah dalam sejarah, tolong dijelaskan dimana letak celaan saya pada sejarah jawa!?

Abu Ammar mengatakan...

Kepada SAudaraku Arrafiq, yach sejarah Ki Ageng Mangir memang dimulai dari Gunung Kidul, tentu saja sempalan atau bukan bisa kita kaji bersama sama, apalagi ada masukan yang lain tentang keluarga Mangir! yang jelas kami mengkaji Ki AGeng Mangir yang beristrikan Roro Pembayun binti Panembahan Senopati , terimakasih

Abu Ammar mengatakan...

Kepada SAudaraku Arrafiq, yach sejarah Ki Ageng Mangir memang dimulai dari Gunung Kidul, tentu saja sempalan atau bukan bisa kita kaji bersama sama, apalagi ada masukan yang lain tentang keluarga Mangir! yang jelas kami mengkaji Ki AGeng Mangir yang beristrikan Roro Pembayun binti Panembahan Senopati , terimakasih

Mural Pro mengatakan...

memang harus diakui bahwa sumber cerita yang ada adalah pada masa penjajahan Belanda yang tentu saja dimaksudkan untuk kepentingan politik mereka, mitos-mitos yang muncul adalah bahasa yang paling mudah diterima masyarakat pada waktu itu,mencari-dan terus mencari adalah sebuah kebijaksanaan dalam mengurai kebenenaran sejarah, siapapun keturunan Mangir tentu (wajib) mencari dan menjunjung tinggi kebesaran Ki Ageng Mangir, salut untuk Pak Pram....

Abu Ammar mengatakan...

Terima kasih atas kunjungannya @Rumah Jogya, sampai detik ini kami masih menyusuri jejak keluarga Ki Ageng Mangir yang lain, negatif atau positif, itu tergantung siapa yang melihatnya, sekali lagi , matur nuwun untuk atensinya!

Abu Ammar mengatakan...

Terima kasih atas kunjungannya @Rumah Jogya, sampai detik ini kami masih menyusuri jejak keluarga Ki Ageng Mangir yang lain, negatif atau positif, itu tergantung siapa yang melihatnya, sekali lagi , matur nuwun untuk atensinya!

An.Suparjo mengatakan...

mbak Ayu, tentang usaha menaklukkan Mangir memang perlu berbagai berbagai cara termasuk penyamaran, sedangkan pada masa itu Ki Ageng Mangir sudah Islam maka disebut Ki Ageng sama halnya Ki Ageng Pemanahan hanya saja Islam mereka turunan dari Syeh Siti Jenar dan Sunan Kalijaga walau ke duanya berbeda. Jadi Juru Mrentani menikahkan R. Seksr Pembayun dengan Ki Ageng Mangir bukan hal kebodohan. Sebaiknya hal tersebut tidak lagi di permasalahkan, terbukti hingga kini kalau di Pasar Seni Gabusan Bantul mementaskan kethoprak denganakon Ki Ageng Mangir tidak ada yang komplain sebab warga menyadari itu termasuk cerita rakyat/ babat dan diterima masyarakat.

An.Suparjo mengatakan...

Sdr. Arrafiq ; Sangat sangt setuju jika di Gunung kidul ( terutama bagian selatan ) banyak keturunan Ki Ageng Mangir (Ki Ageng Mangir II) sebelum beliau melanjutkan perjalanannya ke arah Mangir seperti pesan gaib yang beliau terima. Ingat, bahwa Ki Ageng Mangir tersebut adalah ayah dari Ki Ageng Mangir menantu P. Senapati. Boleh disebut saudara-saudara Ki Ageng Mangir menantu P. Senapati, namun mereka bukan Ki Ageng Mangir, sebab yang boleh menggunakan nama Ki Ageng Mangir berikutnya adalah anak laki-laki pertama dari Ki Ageng Mangir sebelumnya.

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

sang penulis nampaknya mengabaikan sejarah yg berkembang saat ini. justru sy inggin bertanya tentang siapa pembunuh penangsang? lalu dimana makam penangsang? apakah mungkin Sutowijoyo yg membubuh penangsang? anak yg masih bau kencur apa berani menghadapi sang Aryo penangsang. cerita ini amat dibesar besarkan.
coba sampeyan berkunjung di Indralaya Ogan Komiring Ilir.sampeyan akan tercengang dengan nama Ratu Sahibul/pangeran Kuning/ Sarimin/ yg beliau adalah Aryo penangsang. meninggal di tahun 1611 M. jadi pendek kata babad tanah jawi adalah karya Sombong dan berita banyak kebohongan. sy orang jawa juga,tp saya tidak suka sejarah diplintir.

TYsan Setyawan mengatakan...

ternyata memang benar kata simbah saya asal usulnya babad mangir memang belum di ketahui,tapi katanya badab mangir tu di tulis sebelum kerajaan kraton berdiri,
walau pun saya sejak kecil tinggal di dusun mangir baru sekarang saya ingin mengetahui asal usul tempat saya tinggal sekarang,
makasiuh artikelnya sedikit membantu saya tentang babad mangir.

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum wr wb.. Sy kebetulan kenal dgn keturunan Ki mangir jg. Bahkan kedua ortu teman sy itu tggal di Purworejo. Mulai dr Nyi Bagelan dia cerita. Sy setuju dg yg diceritakan oleh trah ki mangir. Rahayu.