Rabu, 04 April 2012

Petilasan Ki Ageng Mangir, Pajangan Bantul Yogyakarta.by hasnan habib kota depok

Situs Mangir yang berada di dusun Mangir lor, kidul dan lor, desa Sendangsari, Pajangan Bantul. dan disitus ini banyak kita temui beberapa saksi sejarah Ki ageng mangir yang begitu melegendan sebab ia tidak mau tunduk oleh kerajaan mataram ataupun pajang. dan begitu keras kekukuhannya. kerajaan mataran yang dipimpin oleh panembahan senopati. hingga akhirnya panembahan senopati memancing umpan meruntuhkan kekuasaan mangir dengan mengirimkan putrinya (sekar pambayun) sebagai pemancing taktik panembahan senopati melakukan jalan halus agar bisa menghancurkan keras kepalanya ki ageng mangir. dengan menyuruh anaknya menggoda dan menikahi ki ageng mangir. hingga akhirnya ki ageng mangir menjadi menantu dari panembahan senopati. dan karna kecantikan dan hasutan dari sekar pambayun akhirnya ki ageng mangir mengiyakan niat buruk yang sedang direncanakan panembahan senopati.
hingga tahun 1581 kekuasaan mangir bisa di runtuhkan. bahkan cara menghancurkan dan melenyapkan ki ageng mangir pula begitu sadis. ada mitos tendensius yang mengungkapkan ki ageng mangir wafat lantaran palanya di benturkan pada sebuah batu gilang panembahan senopati. dan akhirnya ki ageng mangir wafat dengan taktik yang dilancarkan oleh panembahan senopati. (Mitos ini meninggalkan banyak pertanyaan yang berkaitan dengan logika sejarah) Dan mengenai siapa mangir sebenarnya masihlah jadi sebuah misteri sebab ada beberapa sumber yang menyebutkan nama mangir dengan beberapa cerita yang berbeda. dan antara lain ialah: dalam buku-buku sejarah tidak pernah disebutkan dengan jelas siapakah tokoh ki ageng mangir. dalam buku sejarah versi de graaf mengenai (kerajaan-kerajaan islam ditanah jawa, awal kebangkitan mataram, puncak kekuasaan mataram, disintegrasi mataram dibawah amangkuratt I dan runtuhnya istana mataram). nama mangir tidak pernah disebutkatkan sama sekali, nama mangir justru terkenal didalam cerita tutur dan buku babat mangir yang bahkan siapa penciptanya tak ada yang tahu.
Dalam babat mangir disebutkan paling tidak ada tiga tokoh yang menggunakan nama mangir. dalam tulisan ini akan digunakan penomeran untuk membedakan tokoh-tokoh yang semuanya menggunakan nama mangir. mangir I adalam putra radyan (Raden atau Rohuddin) Lembumisani, seorang pelarian dari kerajaan majapahit. konon radyan alembumisani adalah putra brawijaya yang melarikan diri dari kerajaan majapahit karena serbuan tentara demak. ketika muda mangir I ini diberi nama Radya wanabaya. dan mangir I inilah yang terkenal dengan nama ki ageng mangir wanabaya. Ki ageng mangir wanabaya I kawin dengan seorang putri dari juwana. perkawinan tersebut lahirlah ki ageng mangir II. disamping itu ki ageng mangir I juga mempunya anak gadis, putri dari demang jelagong. perkawinan kiageng mangir wanabaya I dengan rara jelegong konon melahirkan seorang anak yang berupa ular (demikian disebut sebut dalam babad dan cerita tutur). anak yang kelak terkenal dengan nama ki bagus barukliting ini mempunyai kesaktian yang luar biasa, pada lidahnya bisa dibuat menjadi sembilan mata tombak oleh ayahnya sendiri dia diberi nama kiai baru dalam persepsi pramodya ananta toer dalam bukunya drama mangir, barukliting dipersonifikasikan sebagai pemuda yang pandai menghimpun massa dan ahli strategi perang. barangkali apa yang dipersepsikan pram tidak meleset jauh. mengingat cerita tutur jawa dan babad sering demikian banyak dibumbui cerita-cerita yang berbau mitos, sandi, senepa, perumpamaan/teka-teki dan legenda. ki ageng mangir II kelak kawin dengan seorang gadis, putri dari demang paker dari perkawinan ini lahirlah ki ageng mangir III. ki ageng mangir wanabaya III inilah yang kelak meneruskan sifat-sifat ayah maupun kakekknya untuk tidak tunduk pada pemerintahan pajang maupun mataram. ia pulalah yang kemudian mewarisi tombak kiai baru seperti apa yang dikemukakan pram, sangat logislah bahwa putra ki ageng mangir I dengan rara jelegong tetaplah berupa manusia juga. manusia itu diberi nama baruklinting. hanya karena ia lahir dari seorang wanita yang tidak dinikahi, maka dalam cerita babad ia digambarkan sebagai ular naga. kesaktian yang terletak dilidahnya diidentikkan oleh pram sebagai lidah yang demikian adimicara (semacam ahli pidato/diplomasi dan strategi). kepandaian berdiplomasi mengakibatkan barukliting mudah menghimpun massa. tidak aneh apabila kemudian ia menjadi sosok yang demikian diandalkan oleh ki ageng mangir II (saudara tirinya) dan ki ageng mangir wanabaya III pada zaman berikutnya (dalam versi babad mangir I diceritakan bahwa baruklinting tewas begitu dipotong lidahnya oleh ayahnya. sukma baruklinting kemudian diperintahkan untuk tinggal di rawapening oleh ayahnya.
Pada masa kepemimpinan Ki Ageng Mangir Wanabaya III inilah Senapati melakukan aneksasi dengan jalan halus (siasat perkawinan) dan kasar (peperangan-perampasan, suatu yang masih perlu dipertanyakan logika sejarahnya). Dalam babad diceritakan bahwa kehendak untuk menghancurkan Mangir dari semula memang sudah tumbuh di hati Senapati. Ki Mandaraka menganjurkan supaya Mangir ditaklukkan dengan cara halus. Dengan demikian biaya perang bisa dihemat, korban jiwa dan harta tidak banyak yang jatuh. Siasat itu berhasil setelah Senapati mengumpankan putrinya sendiri yang bernama Rara Pembayun agar dapat dikawin oleh Ki Ageng Mangir Wanabaya III. Melalui Rara Pembayun itu pula Ki Ageng Mangir Wanabaya III menjadi bersikap sedikit lunak kepada Senapati (Mataram). Kelunakan hati Mangir III ini ditunjukkan dengan kesediaan Mangir III menghadap ke Mataram. Ketika menghadap itulah ia dihabisi oleh Senapati. (sumber: situs tembi) Yang tersisa di situs mangir saat ini ialah lingga yoni, arca, batu candi dari batu bata, umpak dan sebuah petilasan yang dipercaya sebagai singga sana ki ageng mangir. Petilasan ki ageng mangir berada di bawah pohon beringin dan petilasannyapun telah diberi rumah kaca demi menghormati sejarah mangir di dusun tersebut. sebenarnya situs mangir begitu luas dan penyebarannyapun begitu tercecer dimana-mana. ada seorang warga dusun mangir yang rela menghibahkan banyak uangnya untuk melestarikan saksi sejarah kejayaan mangir didusunnya tersebut. suwardoyo telah hampir 25 tahun menjadi situs-situs mangir tersebut. hingga ia memberi pagar agar situs mangir tersebut menjadi lebih terpelihara. hingga akhirnya dusun mangir mendapatkan status sebagai desa budaya. dan banyak wisatawan yang mau menyempatkan menengok situs mangir tersebut. dan sekitar 200 meter dari kraton dan petilasan mangir terdapat sebuah arca nandi yang warga sekitar menyebutnya dengan nama watu kebo. araca nandi inipun masih utuh dan berada disebuah halaman yang sudah dipagari.dilihat dari penyebaran situs yang tersisa bisa dipastikan dahulu ki ageng mangir menganut agama hindu.

3 komentar:

An.Suparjo mengatakan...

Sangat senang membaca tulisan ini, dan sangat setuju bahwa banyak cerita rakyat yang berupa sanepa (perumpamaan)dengan tujuan mendidik agar manusia dapat mencerna mana yang baik dan mana yang buruk.

An.Suparjo mengatakan...

Apakah benar bahwa, ibunda Ki Ageng Mangir Wanabaya III puteri demang Paker ( Ki Ageng Paker ) sebab walau saya lahir dan besar di Paker, tidak pernah dengar bahwa putri Ki Ageng Paker adalah ibunda Ki Ageng Mangir Wanabaya III. Benar bahwa dalam cerita rakyat cikal bakal kampung Paker memang bernama Ki Ageng Paker, tetapi tentang Ki Ageng Mangir adalah cucu Ki Ageng Mangir dari pihak ibu baru saya ketahui lewat artikel di atas. Maaf mohn jawaban pasti ya saya tunggu.

RobotMangir CBis mengatakan...

Ki Ageng Paker dan Ki Ageng Mangir Wanabaya adl sahabat karib beliau-beliau tsb jd kental persaudaraannya karena seekor burung perkutut yg konon burung tsb adl peliharaan/klangenan trah majapahit